NILAI RELIGIUS DAN UNSUR UNSUR PEMBENTUK PUISI DALAM PUISI MASJID AGUNG AL FALAH KARYA :DIMAS ARIKA MIHARJA

Masjid Agung Al-Falah

Karya : Dimas Anka Miharja

Sebuah rumah putih tak letih menunggumu
Menumpahkan rindu, masihkah engkau berlalu
Ketika azan memanggilmu? Cucilah dirimu dari karap waktu
Aku menunggumu di ujung jalan itu
Kenapa engkau termangu memandangku?
Cuci tangan dan kakimu
Masuklah ke serambi hatiku
Beribu hari aku berdiri disini
tetapi kenapa engkau kalap menangkap isyarat
Aku lebih besar dari pada meja bilyar
tetapi engkau lebih memilih berjudi dengan nasib
berpusar pusar di tengah pasar
tak letih menawar agar-agar.
Aku menjulang melebihi gunung kerinci
tetapi engkau masih juga bingung menghitung makna rezeki
Aku megah diatas sepucuk jambi Sembilan lurah
tetapi engkau masih juga gelisah
Pulangkan ke rumah : tumpahkan segala dasah
Masuklah ke dalam hatimu sendiri
disana tegak berdiri mimbar kayu jati
Agama ageing ati

Pendahuluan

    Karya sastra merupakan struktur makna atau struktur yang bermakna. Salah satu dari karya sastra adalah Puisi menurut Kamus Istilah Sastra (Sudjiman, 1984) Puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima serta penyusunan larik dan bait.
    Dalam perkembangan sastra Indonesia, khususnya Sastra Perpuisian Indonesia Angkatan 2000. Banyak dihiasi dan diwarnai para penyair-penyair yang beragam seperti Abdul WAchid BS, Abidah El Kholieqy, Acep Zamzam Noor, Aslan, Cecep, Samsuri Hari, Dimas Anka miharja dan lain sebagainya. Salah satu dari sekian penyair Dimas Anka Miharja membawa ciri khas tersendiri dalam sastra Indonesia angkatan 2000.
    Dimas Anka Miharja merupakan sastrawan yang lahir di Yogyakarta, 3 Juli 1959 dengan nama asli Sudaryono. Ia merupakan alumni dari jurusan sastra Indonesia IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta dan melanjutkan S-2 di IKIP Malang. Sejumlah puisinya diterbitkan daslam media massa maupun buku antologi bersama dan kumpulan tunggal. Perjalanan 2, Perjalanan 4, Kado Ulang Tahun, Masjid Agung Al-Falah, Candi Muara Jambi, dan sajak sederhana Untuk-Mu merupakan sebagian kecil dari puisi-puisi karya Dimas Anka Miharja.
    Puisi Masjid Agung Al-Falah membawa nuansa religious dalam setiap baitnya dan memberikan warna yang berbeda dari karya-karya puisi Dimas Anka Miharja. Dimana dalam puisi tersebut tersirat makna religious yang baik dan dikemas dalam karya sastra puisi yang menarik untuk disimak dan dibaca.

Landasan Teori
A.    Unsur-unsur Pembentuk Puisi
Dalam karya sastra puisi terdapat unsure-unsur Pembentuk / pembangun dari suatu puisi itu sendiri. Ada beberapa pendapat tentang unsure-unsur pembentuk puisi. Salah satunya yang dikemukakan oleh I.A. Richard ia membagi menjadi dua hal penting yang membangun sebuah puisi yaitu hakikat puisi yang terdiri dari empat hal yaitu, tema, rasa, nada dan amanat / tujuan sedangkan unsure pembangun yang lainnya adalah metode Puisi yang terdiri dari diksi, imaji, kata-kata kongkret, gaya bahasa dan irama dan sajak. Hal-hal yang disebutkan diatas merupakan unsure-unsur pembentuk puisi.

B.    Teori Nilai Religius / Agama
Nilai merupakan sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas dan berguna bagi manusia.
Kata religious berasal dari kata religion yang artinya agama. Agama adalah merupakan salan / segenap perasaan kepercayaan kepada Tuhan / yang maha pencipta / menguasai serta dengan ajarannya dan kewajiban-kewajiban yang saling bertalian dengan kepercayaan itu. Dari pernyataan tersebut nilai-nilai religious dapat disimpulkan menjadi suatu ukuran sifat-sifat yang berguna bagi kemanusiaan dan berhubungan dengan kepercayaan serta dengan ajaran-ajarannya. Nilai religious dalam puisi/dalam sastra dapat dikatakan fiksi religious.

C.    Metode Penulisan
Dalam memaparkan dan menganalisis Kepuitisan puisi berjudul “Masjid Agung Al-Falah  karya Dimas Anka Miharja melalui beberapa tahapan-tahapannya diantaranya adalah sebagai berikut :
a.    Melakukan pembacaan cermat terhadap objek
Kepuitisan puisi Masjid Agung Al-Falah
b.    Melakukan pengumpulan data-data tambahan yang mendukung dalam menganalisis puisi.
c.    Melakukan analisis secara cermat terhadap unsur-unsur pembentuk puisi Masjid Agung Al-Falah dan memaknai nilai religious didalamnya.
Dalam mengupas / menganalisis aspek kepuitisan dan makna kepuitisan maka diperlukan metode semiotic, yaitu untuk mencapai makna sajak tidak hanya membicarakan unsure kepuitisan saja, tetapi juga isi sajak.

Pembahasan

A.    Unsur Pembentuk Puisi Masjid Agung Al-Falah
Hakekat puisi terdiri dari empat hal pokok yaitu :
1.    Tema
Tema merupakan pokok persoalan atau hal yang mendasar seorang penyair / pengarang dalam karya sastranya dalam hal ini adalah Puisi. Dalam puisi Masjid Agung Al-Falah pengarang mengemukakan tema puisinya secara langsung yaitu pembaca tidak harus menebak, mencari-cari, dan menafsirkan apa tema dari puisi tersebut karena telah dijelaskan dalam judul puisi yang cukup jelas yang berjudul “Masjid Agung Al-Falah”.
2.    Rasa
Rasa merupakan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang dikemukakan oleh pengarang dalam puisinya. Setiap penyair mempunyai perbedaan pendapat maupun pandangan yang berbeda dalam menghadapi suatu persoalan. Dalam puisi Masjid Agung Al-Falah sikap rendah hati dapat kita rasakan saat kita membacanya. Suasana kerinduan juga terasa dalam puisi “Masjid Agung Al-Falah dimana kerinduan akan suatu masjid dengan jamaahnya.
3.    Nada
Dimas selaku pengarang / penyair dari Puisi Masjid Agung Al-Falah memberikan sugesti pada pembacanya agar ingat kembali kepada pembacanya untuk meluangkan waktunya untuk beribadah di masjid dan meninggalkan urusan duniawi sejenak. Hal tersebut dapat ditafsirkan pada bait-bait berikut ini :
“Ketika Azan memanggilmu? Cucilah dirimu dari kurap waktu” aku menunggumu diujung jalan itu.
4.    Amanat / Tujuan
Dalam puisi “Masjid Agung Al-Falah”
Memiliki amanat / tujuan yang dapat kita petik / ambil pelajarannya diantaranya adalah “Seruan kepada pembaca agar selalu ingat kepada kewajiban mereka yaitu ibadah”, seruan agar meluangkan waktu sejenak untuk menumpahkan, rindu dan beribadah kepada Tuhan YME di Masjid.” Dan berusaha untuk seimbang menempatkan antara urusan duniawi dan akhirat (rohani) secara baik.

B.    Metode Puisi
Dalam mencapai tujuan dari hakekat puisi tersebut perlu diantaranya sarana-sarana dalam puisi yang disebut Metode Puisi. Metode Puisi terdiri dari :
1.    Untuk dapat dan mampu merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Seorang pengarang harus dapat mengantar / membangkitkan pembaca untuk terlibat dalam puisinya yaitu dengan kemampuan kata-kata yang dikombinasikan dengan kemampuan imajinasi dan merasakannya dalam membuat puisi. Imaji biasa disebut juga dengan citraan.
Puisi “Masjid Agung Al-Falah menggunakan citraan-citraan yang membuat pembaca dapat terbawa dalam puisi tersebut diantaranya pada bait :
“Sebuah Rumah Putih tak letih menunggumu”
menumpahkan rindu, masihkah engkau berlalu.
Kedua bait diatas menggunakan citraan gerak yaitu menggambarkan sesuatu yang tidak bergerak tetapi dilukiskan dapat bergerak. Dimana diibaratkan sebuah rumah yang dapat menunggu dan menumpahkan rindu. Sedangkan pada bait :
Aku mengulang melebihi gunung kerinci
Aku lelah besar dari pada meja bilyar menggambarkan citraan penglihatan yaitu imajinasi yang timbul oleh penglihatan.

2.    Diksi / Pilihan Kata
Diksi atau pilihan kata merupakan pemilihan kata oleh penulis untuk menyatakan maksud puisinya, pemilihan kata dilakukan untuk mendapatkan kata yang tepat berdasarkan seleksi bentuk, sinonim dan rangkaian kata.
Puisi Masjid Agung Al-Falah tiap kata-kata dalam setiap baitnya memiliki peranan yang sangat besar. Karena keberhasilan sebuah puisipun terletak pada pilihan kata yang digunakan, yaitu menggunakan kata kata yang benar mewakili apa yang dirasakan penulisannya. Hal tersebut dilakukan agar pembaca dapat merasakan apa yang dirasa dan ingin disampaikan oleh penulis.
Kata-kata dalam puisi Masjid Agung Al-Falah dinilai tepat dimana puisi dapat merasakan dan maksud puisinya yaitu kerinduan sebuah Masjid kepada jamaahnya.

3.    Kata Kongkret
Kata kongkret merupakan kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan / suatu suasana batin dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca misalnya dalam Puisi Masjid Agung Al-Falah dalam penggambaran suasana kerinduan masjid.
Pada bait :
Sebuah rumah putih tak letih menunggumu
Menumpahkan rindu, masihkah engkau berlalu.

4.    Irama dan Rima
Irama ialah pergantian turun naik, panjang pendek, keras lembutnya ucapan bunyi bahasa dengan teratur sedangkan rima adalah persamaan bunyi dalam puisi. Dengan rima dan irama yang terdapat dalam puisi tersebut, nada dan suasana yang hendak digambarkan penyair menjadi lebih nyata dan lebih mudah dibayangkan oleh pembacanya.
Puisi Masjid Agung Al-Falah menggunakan pola bunyi-bunyi yang berat, menekan dan membawa suasana kesedihan.


5.    Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan cara yang dipergunakan oleh penyair untuk membangkitkan dan menciptakan imaji dengan menggunakan gaya bahasa, perbandingan, kiasan, pelambangan dan sejenisnya.
Dalam puisi Masjid Agung Al-Falah menggunakan gaya bahasa antara lain:
·    Personafikasi pada bait :
Sebuah rumah putih tak letih menunggumu
Menumpahkan rindu, masihkah engkau berlalu
Aku menunggumu di ujung jalan
·    Hiperbola
Aku menjulang melebihi gunung kerinci
Beribu hari aku berdiri disini
Aku megah diatas sepucuk jambi Sembilan lurah

C.    Aspek Makna Puisi (Nilai Kereligiusan)
Dalam Puisi “Masjid Agung Al-Falah”
Pengarang mencoba menyampaikan isi, amanat maupun tujuan puisinya dalam deretan bait-bait puisinya yang memiliki makna yang terkandung didalamnya. Bait-bait puisi Masjid Agung Al-Falah dapat dimaknai seperti dibawah ini :
Sebuah rumah putih tak letih menunggumu
Menumpahkan rindu, masihkah engkau berlalu
Ketika azan memanggilmu? Cucilah dirimua dari kurap waktu
Aku menunggumu di ujung jalan itu
Kenapa engkau termangu memandangku
Cuci tangan dan kakimu
Masuklah ke serambi hatiku

Bait diatas dapat diartikan sebagai berikut :
Dalam bait pertama sebuah rumah putih merupakan kata ganti Masjid Agung Al-Falah yang selalu terbuka dan selalu menunggu jamaahnya dalam melaksanakan ibadah didalamnya. Ketika seruan suara adzan mulai menandakan waktu sholat mulai segeralah untuk melaksanakannya dan segeralah berwudhu, karena ia selalu setia menunggu kedatanganmu.
Beribu hari aku berdiri disini
tetapi kenapa engkau kalap menangkap isyarat
Aku lebih besar daripada meja bilyar
tetapi engkau lebih memilih berjudi dengan nasib
berpusar-pusar di tengah pasar
tak letih menawar agar-agar
Maksud dasri bait-bait diatas adalah keironisan terhadap kehidupan kita. Dimana masjid yang sejatinya tempat beribadah yang selalu menyerukan akan kewajiban-kewajiban umat muslim untuk beribadah namun dewasa ini manusia terlena pada kehidupan duniawinya misalnya aktivitas jual beli di pasar maupun dimanapun.
Aku menjulang melebihi gunung kerinci
tetapi engkau masih juga bingung menghitung makna rezeki
Aku masih diatas sepucuk jambi Sembilan lurah
Tetapi engkau masih juga gelisah

Bait diatas kembali menjelaskan tentang keterlenaan manusia dalam mencari rezeki tanpa imbangi dengan kewajibannya yaitu beribadah.
Pulangkan ke rumah : tumpahkan segala desah
Masuklah ke dalam hatimu sendiri
di sana tegak berdiri mimbar kayu jati
Agama Ageming Ati

Maksud dari bait diatas merupakan sebuah ajakan dan sugesti agar kita kembali mengunjungi masjid. Tumpahkanlah segala keluh kesah dan berdoalah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan Agamalah ketenangan hati atau rohani kita akan terpenuhi dan tentram.
Dalam Puisi Masjid Agung Al-Falah karya Anka Miharja banyak mengandung nilai-nilai religious yang berada dalam kehidupan masyarakat. Adapun nilai-nilai religious yang digambarkan Dimas Anka Miharja dalam puisi Masjid Agung Al-Falah antara lain :
1.    Perintah menjadikan Masjid untuk tempat beribadah
2.    Seruan agar kita menjalankan kewajiban kita yaitu beribadah
3.    Agama Ageming Ati
4.    Perintah bersuci, yaitu berwudlu
5.    Bersegeralah beribadah, ketika waktu sholat dimulai.

Penutup

    Puisi merupakan hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kiasan atau ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, matra, rima serta penyusunan larik dan bait. Dalam puisi Masjid Agung Al-Falah karya Dimas Anka Miharja merupakan puisi bertemakan tentang Masjid dimana didalamnya terdapat unsur-unsur pembentuk puisi seperti Hakikat puisi yang terdiri dari tema, rasa, nada dan amanat / tujuan sedangkan metode puisi terdiri dari imaji (daya baying), kata kongkret, diksi, gaya bahasa maupun rima dan irama. Puisi tersebut juga terdapat nilai-nilai religious yang dapat dipetik hikmahnya oleh pembaca, dimana pembaca dapat secara langsung mengetahui makna / nilai-nilai religious dari puisi tersebut melalui bait-bait dalam puisinya.

0 komentar: