DIESNATALIS STAIN PURWOKERTO


Diesnatalis merupakan sebuah peringatan yang memperingati tahun berdirinya suatu lembaga pendidikan tinggi.seperti universitas, akademi, institusi maupun sekolah tinggi.
Tepat di usianya yang ke 49 tahun, tak seperti tahun-tahun sebelumnya, acara Diesnalatis Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Purwokerto yang diperingati setiap tanggal 10 November. Untuk tahun ini puncak acara kegiatan memperingati diesnalatis diselenggarakan tepat pada hari kamis, tanggal 10 November 2011 dengan acara inti Rapat Senat Terbuka Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Purwokerto.
Sebelum acara puncak, telah diselenggarakan rangkaian kegiatan, baik yang bernuansa akademik maupun non akademik :
1.      Seminar Sistem Penjaminan Mutu Akademik tanggal 29 Oktober 2011
2.      Jalan sehat, tanggal 30 Oktober 2011 yang diikuti oleh Civitas Akademik dan masyarakat umum
3.      Seminar internasional “Genealogi Budaya Islam Arab-Indonesia” tanggal 1 November 2011, yang diikuti oleh mahasiswa, Civitas akademik STAIN, dan umum
4.      Simposium, Peluang Kerja Alumni Syari’ah di lembaga keuangan syari’ah dan institusi hukum, tanggal 3 November 2011
5.      Launching Lembaga Bantuan Hukum Jurusan Syariah tanggal 3 November 2011
6.      Workshop Penelitian Filologi bagi dosen STAIN Purwokerto tanggal 4 – 5 November 2011
7.      Exposing Profil dan Potensi STAIN Purwokerto, tanggal 8 November 2011
8.      Penyuluhan Kesehatan dari Dinas Kesehatan dan Pengobatan Gratis, tanggal 9 November 2011
9.      Bantuan Kepondok Pesantren Kerjasama STAIN Purwokerto, tanggal 10 November 2011

Namun dalam pelaksanaan acara tersebut masih banyak kendala-kendala diantaranya tentang masalah sarana dan prasarana pendukung kegiatan, perizinan kegiatan, biaya pelaksanaan, maupun berbagai kendala baik di dari dalam maupun dari luar kegiatan.
Berdasarkan penuturan Bapak Saefudin selaku sekretaris panitia diesnatalis menjelaskan bahwa tujuan diesnatalis sendiri adalah sebagai wahana media sosialisasi STAIN dan silaturahmi Civitas Akademik dan harapannya sendiri adalah di usianya yang ke 49 tahun semoga STAIN menjadi perguruan tinggi yang unggul dalam pengembangan Ilmu Agama, Budaya menuju masyarakat berkeadaban dan juga dapat menjadikan STAIN berubah menjadi IAIN / UIN.

0 komentar:

Sang Penari “ Ronggeng Sebagai Penebus Dosa “

Setelah sukses dengan film “Garuda Di Dadaku” pada  tahun 2010. Sutradara kenamaan Ifa Istansyah kembali menyajikan film terbarunya pada 10 November 2011 berjudul; Sang Penari. Sebuah film yang mengadaptasi dari trilogi buku Ronggeng Dukun Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jentera Bianglala karya Ahmad Tohari.
Sang Penari merupakan sebuah film yang bercerita tentang kehidupan di daerah Dukuh Paruk pada tahun 1960-an. Dimana pada tahun tersebut banyak sebagian penduduk yang meninggal karena keracunan tempe bongkrek yang dibuat oleh kedua orang tua Srintil. Na’asnya kedua orang tua Srintil juga ikut meninggal dengan memakan bongkrek buatannya demi menepis tuduhan bahwa merekalah yang menyebabkan semua hal tersebut. Tidak hanya kedua orang tua Srintil yang meninggal. Seorang Ronggeng yaitu Surti (Happy Salma) juga menemui ajalnya bersama sebagian penduduk desa. Kematian Surti adalah kesedihan mendalam warga Dukuh Paruk dimana mereka menganggap Sang Ronggeng adalah titisan atau pilihan leluhur Ki Sacamenggala sebagai lambang kesuburan dan menolak kesialan yang ada di desa tersebut. Setelah kejadian itu Srintil di asuh oleh kedua kakek dan neneknya.
Sepanjang berjalannya waktu, Srintil (Prisa Nasution) yang mempunyai kemampuan menari dan dipercaya mempunyai Indang Ronggeng harus merelakan dirinya untuk menjadi ronggeng. Demi menyelamatkan desanya dari kesialan sekaligus membersihkan dan menebus dosa keluarganya. Ia menyadari terpilihnya menjadi ronggeng ia harus menyerahkan sepenuhnya kepada Dukuh Paruk. Keputusan Srintil ini mengecewakan Rasus (Oka Antara) yang tak lain adalah kekasih Srintil ia tidak rela jika Srintil menyerahkan tubuhnya untuk kaum Adam di desanya. Kekecewaan Rasus ini membawa ia bergabung menjadi tentara dan meninggalkan Dukuh Paruk.
Adanya paham komunis yang dibawa oleh Bakar (Lukman Sardi) menyebabkan gejolak politik dan berbagai pemberontakan. Situasi yang tak menentu dan terpecah membuat Srintil terjebak menjadi korban penculikan militer dan ia menyadari bahwa nasibnya dalam kondisi terpuruk. Terpisahnya Rasus selama beberapa tahun membuat ia berusaha untuk mencari Srintil meskipun sampai akhirnya dipertemukan dengan situasi dan kondisi yang berbeda dan tidak sama lagi.
Adanya film Sang Penari di tahun 2011 merupakan Angin Segar bagi perfilman Indonesia yang sepanjang tahun ini masih menjamurnya film bertemakan horor, seks maupun horor seks. Dengan indahnya sinematografi film Sang Penari membuat penonton akan terpukau dan merasa tidak bosan selama menonton film ini. Begitu pula dengan scoring musik yang begitu menyatu dalam film ini. Adanya tembang Jawa atau nyanyian maupun dialog menggunakan dialek Banyumasan yang kental juga dikemas secara apik dan menyakinkan.
Walaupun dari segi alur cerita yang sering melompat-lompat dari novel aslinya namun tidak mengurangi nilai-nilai plus dalam film ini dan tertutupi oleh akting para aktor dan aktris yang berada di filmi ini.
Dalam film ini Prisa Nasution bermain sangat piawai sebagai ronggeng terlihat dari penjiwaan, lengkukan tarian, mata yang dibawakannya serta penguasaan emosi dalam berakting. Tak hanya itu lawan mainnya Oka Antara yang berperan Rasus dapat mengimbangi peran dari Prisa Nasution dan  terlihat chemistry yang sangat kuat antara keduanya sebagai pasangan kekasih.
Sederet para pemain pendukung seperi Dewi Irawan, Slamet Raharjo, Happy Salma, Hendro Djarot Landung Simatupang dan Lukman Sardi menampilkan performa yang tak kalah menarik dari pemeran utama. Hal itu semua terbukti dengan terpilihnya film yang Sang Penari sebagai film terbaik dalam ajang Penghargaan Festival Film Indonesia 2011.
Tak hanya itu ada tiga kemenangan lainnya yaitu kategori sutradara terbaik yang diberikan kepada Ifa Isfansyah, Pemeran Utama wanita terbaik diberikan kepada Prisa Nasution dan pemeran pendukung wanita terbaik diberikan kepada Dewi Irawan. Untuk lebih tahu marilah kita saksikan sendiri filmnya.

0 komentar: