Sang Penari “ Ronggeng Sebagai Penebus Dosa “

Setelah sukses dengan film “Garuda Di Dadaku” pada  tahun 2010. Sutradara kenamaan Ifa Istansyah kembali menyajikan film terbarunya pada 10 November 2011 berjudul; Sang Penari. Sebuah film yang mengadaptasi dari trilogi buku Ronggeng Dukun Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jentera Bianglala karya Ahmad Tohari.
Sang Penari merupakan sebuah film yang bercerita tentang kehidupan di daerah Dukuh Paruk pada tahun 1960-an. Dimana pada tahun tersebut banyak sebagian penduduk yang meninggal karena keracunan tempe bongkrek yang dibuat oleh kedua orang tua Srintil. Na’asnya kedua orang tua Srintil juga ikut meninggal dengan memakan bongkrek buatannya demi menepis tuduhan bahwa merekalah yang menyebabkan semua hal tersebut. Tidak hanya kedua orang tua Srintil yang meninggal. Seorang Ronggeng yaitu Surti (Happy Salma) juga menemui ajalnya bersama sebagian penduduk desa. Kematian Surti adalah kesedihan mendalam warga Dukuh Paruk dimana mereka menganggap Sang Ronggeng adalah titisan atau pilihan leluhur Ki Sacamenggala sebagai lambang kesuburan dan menolak kesialan yang ada di desa tersebut. Setelah kejadian itu Srintil di asuh oleh kedua kakek dan neneknya.
Sepanjang berjalannya waktu, Srintil (Prisa Nasution) yang mempunyai kemampuan menari dan dipercaya mempunyai Indang Ronggeng harus merelakan dirinya untuk menjadi ronggeng. Demi menyelamatkan desanya dari kesialan sekaligus membersihkan dan menebus dosa keluarganya. Ia menyadari terpilihnya menjadi ronggeng ia harus menyerahkan sepenuhnya kepada Dukuh Paruk. Keputusan Srintil ini mengecewakan Rasus (Oka Antara) yang tak lain adalah kekasih Srintil ia tidak rela jika Srintil menyerahkan tubuhnya untuk kaum Adam di desanya. Kekecewaan Rasus ini membawa ia bergabung menjadi tentara dan meninggalkan Dukuh Paruk.
Adanya paham komunis yang dibawa oleh Bakar (Lukman Sardi) menyebabkan gejolak politik dan berbagai pemberontakan. Situasi yang tak menentu dan terpecah membuat Srintil terjebak menjadi korban penculikan militer dan ia menyadari bahwa nasibnya dalam kondisi terpuruk. Terpisahnya Rasus selama beberapa tahun membuat ia berusaha untuk mencari Srintil meskipun sampai akhirnya dipertemukan dengan situasi dan kondisi yang berbeda dan tidak sama lagi.
Adanya film Sang Penari di tahun 2011 merupakan Angin Segar bagi perfilman Indonesia yang sepanjang tahun ini masih menjamurnya film bertemakan horor, seks maupun horor seks. Dengan indahnya sinematografi film Sang Penari membuat penonton akan terpukau dan merasa tidak bosan selama menonton film ini. Begitu pula dengan scoring musik yang begitu menyatu dalam film ini. Adanya tembang Jawa atau nyanyian maupun dialog menggunakan dialek Banyumasan yang kental juga dikemas secara apik dan menyakinkan.
Walaupun dari segi alur cerita yang sering melompat-lompat dari novel aslinya namun tidak mengurangi nilai-nilai plus dalam film ini dan tertutupi oleh akting para aktor dan aktris yang berada di filmi ini.
Dalam film ini Prisa Nasution bermain sangat piawai sebagai ronggeng terlihat dari penjiwaan, lengkukan tarian, mata yang dibawakannya serta penguasaan emosi dalam berakting. Tak hanya itu lawan mainnya Oka Antara yang berperan Rasus dapat mengimbangi peran dari Prisa Nasution dan  terlihat chemistry yang sangat kuat antara keduanya sebagai pasangan kekasih.
Sederet para pemain pendukung seperi Dewi Irawan, Slamet Raharjo, Happy Salma, Hendro Djarot Landung Simatupang dan Lukman Sardi menampilkan performa yang tak kalah menarik dari pemeran utama. Hal itu semua terbukti dengan terpilihnya film yang Sang Penari sebagai film terbaik dalam ajang Penghargaan Festival Film Indonesia 2011.
Tak hanya itu ada tiga kemenangan lainnya yaitu kategori sutradara terbaik yang diberikan kepada Ifa Isfansyah, Pemeran Utama wanita terbaik diberikan kepada Prisa Nasution dan pemeran pendukung wanita terbaik diberikan kepada Dewi Irawan. Untuk lebih tahu marilah kita saksikan sendiri filmnya.

0 komentar: