Wajah Pelajar NU dulu, kini dan masa depan


Bersatu wahai  pelajar islam jaya
Tunaikanlah kewajiban yang mulya.
Ayo maju pantang mundur
Dengan rahmat Tuhan kita perjuangkan
Ayo maju pantang mundur
Pasti tercapai adil makmur
Penggalan lirik lagu diatas merupakan Mars IPNU yang didalamnya terkandung harapan maupun cita-cita yang besar bagi para pelajar Indonesia. Melihat perkembanganya Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) telah memasuki diusia yang ke 62 tahun dan 61 tahun. Sebagai  organisasi yang sejak kelahirannya mempunyai cita-cita yang mulia yaitu sebagai wadah pelajar untuk berorganisasi dibidang keilmuan, kagamaan yang berhalauan Ahlusunah Wal Jamaah, pengabdian dan pengkaderan kepemimpinan dimasa depan. Pelajar NU nantinya diharapkan untuk menjadi sebuah investasi kekuatan NU di masa depan yang harus dikelola dengan cermat dan tepat. Untuk mencapai tujuan maupun cita-citanya seperti disebutkan di atas tentu bukanalah hal yang mudah. Banyak tantangan yang harus dihadapi salah satunya berupa pesatnya perkembangan zaman atau yang kita kenal lebih dengan dengan istilah globalisasi. Melihat realitas kondisi pelajar saat ini masih banyak penyimpangan-penyimpanagan yang dilakukan oleh pelajar kita. Lalu bagaiman wujud  pelajar NU di masa mendatang.  
Dua sisi dalam Globalisasi
Barangkali ketika kita dihadapkan dengan istilah “globalisasi” mungkin sudah tak asing lagi ditelinga kita. Globalisasi akan menjadi kajian yang menarik untuk dipelajari lebih lanjut dengan dihapakan dengan konsdisi pelajar Indonesia saat ini. Mengenal secara sederhana tentang globalisasi dapat diartikan sebagai suatu era atau zaman yang dimana ditandai dengan perubahan tatanan kehidupan dunia akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berfokus mengenai kemajuan teknologi saat ini dimana kita mengalami kemajuan teknelogi yang sangat pesat. Seakan memiliki dua sisi (positif dan negatif) globalisasi berkembang dengan pesatnya juga menimbulkan berbagai dampak.  Tak terkuali bagi pelajar Indonesia. Para pelajar yang notabenya merupakan anak-anak di usia muda dimana pada saat mereka mengalami masa pencarian jati diri, masa dimana rasa keinginan tahuan yang tinggi untuk mencoba sesuatu hal yang baru. Sisi positif kemajuan teknologi dalam globalisasi bagi pelajar tercermin dengan semakin mudahnya mereka untuk  berkembang membuka cakrawala dunia dengan lebih mudah dan cepat. Sedangan sisi negatifnya adalah perubahan yang cenderung mengarah pada krisis moral dan akhlak seperti bullying, tawuran,tindak criminal dikalangan remaja, peredaran video porno di kalangan pelajar, bahkan hamil di luar nikah. Sisi negative ini tentu saja menjadi hal miris bagi kondisi pelajar kita saat ini.
Dulu, Kini dan Sekarang
Menampak tilas lahirnya organisasi IPNU dan IPPNU lahir bermula dari  munculnya berbagai organisasi pelajar dan santri di Indonesia. Berawal di tahun 1936 di Surabaya berdiri Tsamrotul Mustafidin dan PERSANO (Persatuan Nahdlatul Oelama’) di Malang. Selanjutnya pada tahun 1941 berdiri PAMNO (Persatuan Anak Murid Nahdlatul Oelama’), dan tahun 1945 berdiri Ikatan Murid Nahdlatul Oelama’ (IMNO), tahun 1946 di Sumbawa berdiri Idjtimaut Tolabah Nahdlatul Oelama’ (ITNO).
Berkembangnya pergerakan tumbuhnya organisasi tersebut nampak menggeliat pada tahun 1950, dengan berdirinya beberapa organisasi pelajar di tingkat lokal seperti IKSIMNO (Ikatan Siswa Mubalighin Nahdlatul Oelama’) tahun 1952 di Semarang, PERPENO (persatuan Pelajar Nahdlatul Oelama’) lahir 13 Juni 1953 di Kediri, IPINO (Ikatan Pelajar Islam Nahdlatul Oelama) lahir 27 Desember 1953 di Surakarta. Semua Organisasi tersebut dibentuk dengan berpijak pada satu keyakinan untuk menegakkan Ahlussunah Wal Jama’ah. Atas dasar kesamaan itulah yang kemudian mendorong didirikannya organisasi pelajar dan santri di tingkat nasional.
Tanggal 24 Februari 1954, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama’ (IPNU) secara resmi dibentuk oleh: M. Sofyan Cholil, H. Musthafa, Achmad Masjhub dan A. Ghani Farida M. Uda. Dengan ketua umum disepakati Mochamad Tolchah Mansur. Sedangkan IPPNU sendiri dibentuk setahun kemudian yaitu tanggal 2 Maret 1955 dengan diketuai oleh Umroh Mafudhoh. Melihat proses kelahiran IPNU dan IPPNU yang cukup panjang tentunya mereka membawa harapan yang tinggi untuk pelajar di Indonesia. Dalam proses kelahirannya, terbentuknya IPNU tidak terlepas dari berbagai faktor diantaranya yaitu faktor politik dan faktor zaman yang menuntut untuk munculnya berbagai pergerakan saat itu. Jika dilihat dari proses tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik pelajar saat itu memiliki sikap semangat, keinginan belajar dan loyalititas yang tinggi dalam berorganisasi. Terbukti pada saat itu muncul berbagai pergerakan pelajar NU yang akhirnya tergabung dalam wadah IPNU dan IPPNU. Waktu terus berjalan,  sekarang bagaimana pelajar NU saat ini?
Hampir tiga perempat abad IPNU dan IPNU mengukir sejarah sebagai wadah pelajar  Indonesia dalam mengamalkan nilai-nilai NU didalamnya. Pasang surut telah banyak dilalui. Disini penulis akan membagi wajah pelajar NU ke beberapa wajah.  Wajah pertama yang terjadi saat ini di era globalisasi dimana banyak pelajar-pelajar kita yang melakukan kenakalan-kenakalan di berbagai bidang seperti maraknya bullying, tawuran, penyalahgunaan narkoba, kasus maraknya ponografi dan lain sebagainya. Ketidaksiapan dan kegagapan media di  kalangan pelajar seolah  menjadi berbagai hal ini. Mendengar kabar buruk ini tentu menjadi tamparan yang  keras untuk IPNU dan IPPNU itu sendiri. Ini membuktikan bahwasanya masalah dan tantangan pelajar kita cukup serius dan mengkhawatirkan. Kemajuan teknologi dan pola gaya hidup hedonis dipelajar kita seakan membutakan kehidupan sosial pelajar kita. Sebagai contoh seperti ketergantungan para pelajar kita terhadap berbagai alat elektronik. Ketergantungan pelajar kita terahadap berbagai alat elektronik seperti HP seakan menciptakan sikap individaualise serta anti sosial dalam bermasyarakat. Pelajar kita terbuai akan berbagai treatment-trement tentang kemajuan teknologi kita saat ini. Apalagi didunia pendidikan kita saat ini seakan pelajar lebih menyukai hal-hal yang cepat dan instan seperti budaya copy paste tugas dari media internet.   
Wajah kedua sendiri terjadi dalam oraganisasi IPNU dan IPPNU itu sendiri. Dimana citra IPNU dan IPPNU itu sendiri sebenarnya sebagai wadah untuk mempersiapkan para kader penerus dalam tubuh NU yang tidak hanya mumpuni dalam keilmuan secara akademik dan non akademik tapi juga para kader dengan jiwa organisatoris yang handal guna melanjutkan estafet perjuangan Nahdlatul Ulama. Namun yang terjadi saat ini banyak para pelajar ataupun kader-kader dari IPNU dan IPPNU ini terlibat dan terjebak pada dunia politik. Bukan hal yang buruk apabila ada pelajar maupun kader muda NU tertarik terhadap hal tersebut. Tapi akan alangkah bijaknya jika sebuah organisasi pelajar tidak dilibatkan dalam kepentingan politik apalagi yang jelas-jelas menguntungkan pihak-pihak tertentu, baik berupa golongan maupun partai. Apalagi  perlu digaris bawahi bahwasanya hal tersebut bertentangan dengan tuhuan adanya IPNU maupun IPNU itu sendiri yaitu sebagai sebagai wadah di bidang pendidikan dan pengkaderan NU.
 Wajah ketiga, berbeda dari kedua wajah sebelumnya. Wajah ketiga ini wajah pelajar NU dengan harapan dan optimisme. Ya saat pelajar-pelajar saat ini enggan dan anti terhadap organisasi. Masih ada sebagian pelajar pelajar kita yang loyalitas berjuang dan berproses dalam IPNU dan IPPNU. Seperti motto dari IPNU dan IPPNU itu sendiri belajar berjuang bertaqwa, mereka para pelajar NU siap untuk merubah, mengamalkan perjuangan pendiri NU kedepannya. Hal itu terbukti dengan memasuki usia IPNU dan IPPNU yang hampir seabad ini pelajar dapat menghadiahkan dengan memperluas kader-kader pelajar NU diberbagai daerah maupun di pelosok penjuru tanah air.  Tapi banyaknya kader muda pelajar NU juga harus diimbangi dengan menghadirkan banyak program kerja menarik, kreativitas, inovasi, dan memiliki karakter.   
 Di masa mendatang tentu perjuangan tidak akan mudah. Era globalisasi akan semakin lebih menglobal, Berbagai tantangan dan hambatan menghadang para pelajar kita. Perlu adanya menentukan langkah kedepan dalam mengoptimalkan peran dan fungsi pelajar NU itu sendiri. IPNU harus menjadi pendorong dan pelopor utama dalam  mewujudkan pelajar di Indonesia yang berkualitas. Dapat disimpulkan pelajar NU akan memiliki masa depan atau tidak tergantung kita semua. Akhirnya untuk kedepannya pelajar NU mampu menjadi pemuda sebagai penerus, pemuda sebagai generasi pengganti dan pemuda sebagai generasi pembeharu.

Referensi.
Sujibdo, Bernado.dkk. 2010.  Islam dan Terorisme. Yogyakarta : Grafindo
Rosyid, Nur. Dkk. 2014. Pendidikan Karakter : Wacana dan Kepengaturan. Purwoketo : Obsesi Press
http://www.sekilas-tentang-IPNU-IPPNU –tallo.com
http:///G:/IPNU-IPPNU-RANTING-BEJI-II-Dinamika Kaum Muda NU %3b IPNU dan Tantangan masa Depan.htm

0 komentar: